Di pagi hari yang cerah, tampaklah sebagian besar pemulung
yang hendak memulung sampah. Dengan semangat penuh, mereka bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Tiba-tiba di tempat pembuangan sampah, munculah gadis kecil periang yang membantu
ibunya memulung. Melodi namanya. Waktu
demi waktu cuacapun berubah menjadi panas. Tanpa disadari keringat mulai
bercucuran di badan Melodi. Setelah mendapat hasil yang banyak, Melodi dan
ibunya pergi menjualnya di tempat barang bekas yang biasanya mereka datangi.
“Pak, ini hasil kerja keras saya. Tolong ditimbang, pak”,kata ibu Melodi dengan
keringat yg bercucuran. Bapak yg bertugas itupun mulai menimbangnya.“emm…
barang bekas yg ibu kumpulkan saya bayar dengan uang lima ribu rupiah”, kata
bapak itu sambil mengulurkan uang lima ribu ke ibu Melodi. Walaupun mendapat
sebegitu kecilnya, tampaklah wajah ceria di muka Melodi. Uang yg didapatkannya
akan ia gunakan untuk membeli makan. Setelah keluar dari tempat pembuangan
sampah, mereka pun pergi. Saat di perjalanan sepasang keluarga itu melewati
sebuah sekolah. Melodi pun terpana, melihat sekolah tempat mencari ilmu yang
begitu indah. Melodi berhenti sebentar untuk termenung.



Kadang ada anak yg mampu dapat
sekolah, tetapi kesempatan itu tidak dipakai sebaik-baiknya. Lalu, tampaklah
seorang anak yg sebaya dengan Melodi, tanpa sengaja melirik Melodi. Nama anak
itu Keyra. Ia pun mulai berbesar hati memberikan sebuah buku pelajaran kepada
Melodi. “Maaf, saya tidak bermaksud mengecewakanmu. Tetapi saya tidak mau
menerima buku itu”, itulah ucapan Melodi saat Keyra akan memberikan buku
pelajaran itu. “Saya ikhlas memberikan buku ini kepadamu, lagipula saya sudah
banyak mendapat buku seperti ini. Oh ya, nama saya Keyra”, jawab Keyra sambil
mengulurkan buku itu ke tangan Melodi. Saat bel masuk berbunyi , Keyra
cepat-cepat meninggalkan Melodi. Melodi
berkata dalam hati,”Trimakasih Tuhan, karena saat ini Engkau memberikan
seorang teman yg mengerti akan keadaanku”.
Melodi pun bergegas menyusul ibunya yg dari tadi tidak mengerti bila
Melodi menghilang dari sisinya. “Melodi, kamu mendapatkan buku itu dari mana?”,
tanya ibu saat di tengah perjalanan. “Ini buku dari anak sd yg tadi
menghampiriku saat aku berhenti di depan sekolahan”, jawab Melodi dengan nada
senang. Ibu lalu mengambil buku yg ada di tangan Melodi dan melihat-lihat isi
buku itu. Sesampai di rumah yg beralaskan kardus dan beratapkan kardus yg
dilapisi karung, dengan cepat Melodi mulai membaca buku pemberian dari Keyra.
Melodi mempelajari buku itu dengan sungguh-sungguh sampai sore hari. “Melodi,
ayo makan!”, teriak ibu tiba-tiba sambil menggendong seorang anak. Anak itu
adalah adik Melodi yang bernama Daniel. “Iya bu”, jawab Melodi. Menu makan
malam ini adalah nasi ikan asin dan rebung dari hasil kerja keras. Sebelum
makan, keluarga kecil itu berdoa dan bersyukur atas pemberian Tuhan hari ini.
Selesai berdoa, keluarga itu lalu menikmati berkat pada hari itu. Selesai
mengisi perut, Melodi tidur di lantai beralas kardus. Pada malam itu, cuaca
sangat dingin. Ibu lalu menyelimutkan karung yang berbentuk selimut ke kedua
anaknya.Pagi haripun tiba. Setelah selesai dari memulung barang bekas, Melodi
meminta izin dari ibunya untuk pergi menemui temannya. Melodi melihat Keyra
sedang duduk bersandar di pagar sekolah.“Selamat siang Keyra…” kata Melodi dari
balik pagar. Keyra kaget. Keyra lalu mengajak Melodi untuk masuk sekolahannya.
“Keyra, saya tidak mau. Saya malu. Saya kan tidak sekolah di sini”, tolak
Melodi sambil melepaskan tangan Keyra dengan halus. “Sudahlah, jangan malu!
Teman-temanku di sini baik-baik kok. Gurunya juga baik-baik”, tawar Keyra smbil
berkaca-kaca. Di dalam hatinya, sebenarnya Melodi ingin sekolah, tetapi ia
malu. Setelah lama berfikir, akhirnya Melodi mau masuk dengan Keyra.
Saat itu juga Melodi merasa ia sangat beruntung.
Teman-teman Keyra yg tidak kenal Melodi malahan mengajak Melodi mengikuti
pelajaran di jam pelajaran itu. Inilah kesempatan emas, Melodi tidak mau
menyia-nyiakannya. Ia sudah lama menginginkan mengikuti jam pelajaran di
sekolah yg terkenal itu. Setelah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh,
akhirnya waktu cepat berlalu. “Bagaimana perasaanmu, Melodi?”, tanya Keyra saat
waktu sudah pulang. “Perasaanku senang sekali. Tapi…kebahagiaan ini sudah
berlau. Tetapi aku tetap bersyukur karena bisa sekolah di sini”,jawab Melodi
sebenar-benarnya. Keyra menjawab dengan senyuman. Melodi lalu pulang setelah
belajar di sekolah. Kata-kata yg diucapkan Melodi masih menghantui pikiran
Keyra. “Apa yg harus aku berbuat untuk menolong Melodi agar bisa sekolah?”,
tanya Keyra kepada dirinya sendiri. Malam hari yg sunyi senyap, keluarga Keyra
sedang menonton tv bersama di ruang keluarga. Mami Keyra yg dari tadi melihat
Keyra murung terus akhirnya berkata,”Keyra sayang, mengapa wajah Keyra murung”.
“Keyra bingung ma. Keyra ingin menolong seorang pemulung, tetapi Keyra tidak
tahu yang harus Keyra lakukan. Teman Keyra mengimpikan ingin sekolah, tetapi ia
berasal dari keluarga tidak mampu, ma”, jelas Keyra. “em…begitu ya. Baiklah,
mama aja yang akan mengurus itu. “Terimakasih ma. Mami adalah ibu yg terbaik”,
puji Keyra sambil memeluk Mami. Malam berlalu, pagi muncul. Saat Melodi
melewati sekolah Keyra dengan ibunya, tiba-tiba Keyra mengajak Melodi dan
ibunya masuk sekolah. Belum sempat Melodi bertanya, Keyra lalu menunjukan
sesuatu padanya. Lalu tampaklah sekumpulan orang dan siswa berwajah terang
muncul di hadapan Melodi. Seorang dari mereka yg bukan lain Pak Karmin
menjelaskan maksudnya. Lalu Ibu Guru Susi membawa sebuah sepeda dan tas. Melodi
dan ibunya terkejut. Dari sebegitu banyaknya orang di dunia ini hanya ada
sedikit orang kaya yang mau menolong orang susah. Melodi pun sangat senang
karena ia bisa mencari ilmu untuk masa
depannya. “Terimakasih Keyra, terimakasih se
Tidak ada komentar:
Posting Komentar